Kisah dan Watak Tokoh Wayang Dursasana

Dursasana berasal dari kata ‘Dur’ berarti buruk dan ‘Sasana’ berarti tempat. Berarti dapat disimpulkan bahwa Dursasana adalah tempat keburukan atau selalu berbuat jahat di sembarang tempat/di mana-mana.

Ia adalah putra kedua Prabu Destarata dan Dewi Gandari. Ia memiliki memiliki Kasatrian di Banjarjunut. Ia berwatak jahat, arogan, sembrono, suka berbicara keras, angkuh, sombong, suka tertawa, menghina sesama, dan sebagainya. Karena wataknya itulah, apabila punya keinginan tidak pernah berhasil.

Diceritakan bahwa Dursasana pernah mempermalukan Dewi Kunti di depan pertemuan agung Hastina. Dewi Kunti dikatainya sebagai wanita yang suka berselingkuh. Karena malu, Dewi Kunti menjatuhkan sumpah tidak akan mati sebelum keset kepala Dursasana, dan tidak akan pernah mengikatk rambutnya sebelum keramas menggunakan darah Dursasana.

Pada waktu lakon wayang “Jambakan”, Dursasana dibantai oleh Werkudara karena Dursasana menghina ayahnya (Prabu Pandu) dan ibunya (Dewi Kunti). Saat itu Werkudara marah dan mengangkat Gada Rujakpolo. Dursasana ketakutan dan melompat ke sungai Cing-Cing Goling yang di mana siapa pun yang melompat ke sungai tersebut akan sial dan hilang semua kesaktiannya.

Karena kurang puas, Werkudara pun kembali membalas menghina ayah Dursasana yaitu Desatarata dengan dikatai sebagai orang buta. Dursasana pun marah dan mencoba menghadapi Werkudara. Pertarungan pun terjadi. Dursasana dijambak, dihantam dan dipukuli oleh Gada Rujakpolo, dihajar, dibantai, diputuskan lengan dan kepalanya.

Dursasana pun mati. Kunti segera melaksanakan sumpahnya yaitu keset kepalanya dan keramas menggunakan darahnya diikuti oleh Dewi Drupadi yang juga pernah dipermalukan oleh Dursasana. Dewi Drupadi rambutnya pernah dijambak bahkan hampir ditelanjangi di depan Pinisepuh Astina yang saat itu langsung dibantu oleh Batara Darma. © W4y4ng 2015.