Kalabendana adalah raksasa yang berwatak baik, jujur, walau pun tidak pandai. Jika ia berbicara suaranya gagu (cedal). Ia adalah putra Prabu Arimbaka/Tremboko, raja di Pringgadani. Dia mempunyai dua saudara yaitu Arimba dan Arimbi. Sedangkan dari istri selir Prabu Arimbaka dia mempunyai dua putra yaitu Brajadenta dan Brajamusti.
Kalabendana sangat menyayangi Gatotkaca melebihi saudaranya yang lain. Ia menjadi pengasuh Raden Gatotkaca Ksatria Pringgadani dari kecil hingga dewasa. Walau pun Kalabendana berwatak jujur, tapi kejujurannya itu telah membawa pada kematiannya sendiri. Ceritanya, ketika Abimanyu menikah dengan Utari, Abimanyu mengaku masih bujangan, padahal ia sudah mempunyai istri yaitu Siti Sundari.
Ketika perkawinan Utari dan Abimanyu berlangsung di Wirata, datanglah Kalabendana menyampaikan bahwa Siti Sundari kangen pada Abimanyu, Dewi Utari pun menanyakan siapa itu Siti Sundari. Gatotkaca pun memberi isyarat pada Kalabendana untuk tidak menyebut-nyebut nama Siti Sundari. Tiba-tiba dengan jujur Kalabendana bercerita tentang Abimanyu yang sudah lebih dulu menikah dengan Siti Sundari putri Prabu Kresna, begitu mendengar hal itu, Utari pun langsung pingsan.
Hal itu membuat Gatotkaca marah. Kalabendana pun ia pukuli dan lehernya dipuntir/dipelintir hingga meninggal tanpa tahu dosa dan kesalahannya. Gatotkaca pun merasakan penyesalasan atas kematian Kalabendana karena itu semua tanpa disengaja. Mayat Kalabendana dipeluk, ditangisi namun nasi sudah menjadi bubur. Sukma (roh) dan badan Kalabendana muksa dan meninggalkan pesan suara yang mengatakan bahwa Kalabendana amat sayang pada keponakannya, tapi kenapa Gatotkaca tega membunuhnya. Kalabendana berjanji tidak akan pergi ke surga apabila tidak bersama-sama dengan Gatotkaca pada saat kematiannya tiba.
Pada saat perang Baratayuda terjadi, Gatotkaca dijadikan Senopati oleh Pandawa, ia berhadapan dengan Karna dimana peperangan berlangsung saat malam hari, sehingga Karna menjadi kerepotan, semua prajurit Awangga membawa obor. Saat Karna mengetahui persis keberadaan Gatotkaca, ia segera menggunakan senjata pamungkasnya panah Kunta Wijayandanu. Sukma Kalabendana menyaksikan panah itu manusuk puser Gatotkaca hingga tembus ke kerangkanya. Gatotkaca pun mati, sukmanya diajak oleh Kalabendana untuk bersama-sama masuk surga.
Kalabendana sangat menyayangi Gatotkaca melebihi saudaranya yang lain. Ia menjadi pengasuh Raden Gatotkaca Ksatria Pringgadani dari kecil hingga dewasa. Walau pun Kalabendana berwatak jujur, tapi kejujurannya itu telah membawa pada kematiannya sendiri. Ceritanya, ketika Abimanyu menikah dengan Utari, Abimanyu mengaku masih bujangan, padahal ia sudah mempunyai istri yaitu Siti Sundari.
Ketika perkawinan Utari dan Abimanyu berlangsung di Wirata, datanglah Kalabendana menyampaikan bahwa Siti Sundari kangen pada Abimanyu, Dewi Utari pun menanyakan siapa itu Siti Sundari. Gatotkaca pun memberi isyarat pada Kalabendana untuk tidak menyebut-nyebut nama Siti Sundari. Tiba-tiba dengan jujur Kalabendana bercerita tentang Abimanyu yang sudah lebih dulu menikah dengan Siti Sundari putri Prabu Kresna, begitu mendengar hal itu, Utari pun langsung pingsan.
Hal itu membuat Gatotkaca marah. Kalabendana pun ia pukuli dan lehernya dipuntir/dipelintir hingga meninggal tanpa tahu dosa dan kesalahannya. Gatotkaca pun merasakan penyesalasan atas kematian Kalabendana karena itu semua tanpa disengaja. Mayat Kalabendana dipeluk, ditangisi namun nasi sudah menjadi bubur. Sukma (roh) dan badan Kalabendana muksa dan meninggalkan pesan suara yang mengatakan bahwa Kalabendana amat sayang pada keponakannya, tapi kenapa Gatotkaca tega membunuhnya. Kalabendana berjanji tidak akan pergi ke surga apabila tidak bersama-sama dengan Gatotkaca pada saat kematiannya tiba.
Pada saat perang Baratayuda terjadi, Gatotkaca dijadikan Senopati oleh Pandawa, ia berhadapan dengan Karna dimana peperangan berlangsung saat malam hari, sehingga Karna menjadi kerepotan, semua prajurit Awangga membawa obor. Saat Karna mengetahui persis keberadaan Gatotkaca, ia segera menggunakan senjata pamungkasnya panah Kunta Wijayandanu. Sukma Kalabendana menyaksikan panah itu manusuk puser Gatotkaca hingga tembus ke kerangkanya. Gatotkaca pun mati, sukmanya diajak oleh Kalabendana untuk bersama-sama masuk surga.